jump to navigation

Beberapa Kekeliruan dalam Hari Raya Idul Fitri Oktober 23, 2006

Posted by Goslink in Islam, Opini.
trackback

Setelah melaksanakan ibadah shaum (puasa) selama 1 bulan, Umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri. Ketika mendengarkan kultum setelah sholat dzuhur beberapa waktu lalu di kantor, ustadz pembicara (saya lupa namanya) menyoroti ada beberapa kekeliruan yang terjadi di masyarakat terkait dengan hari raya Idul fitri. Saya tidak mengatakan bahwa pendapat ustadz itu seluruhnya benar atau salah, saya hanya coba membagi pengetahuan yang saya peroleh tersebut. Berikut ini beberapa kekeliruan yang disorotinya :
Pertama adalah pengertian dari Idul Fitri itu sendiri. Selama ini Idul fitri diartikan sebagai “kembali ke pada fitrah” ataupun “kembali suci”. Padahal kalau dilihat artinya dalam bahasa Arab bisa menimbulkan perbedaan pengertian. Kata ‘Id berasal dari kata “Ada-Yaudu” yang maknanya kembali, sedangkan fitri berasal dari kata iftor yang maknanya berbuka. Jadi ‘Idul fitri sebenarnya bermakna “kembali berbuka setelah melaksanakan shaum selama 1 bulan”, bukanlah kembali suci yang selama ini dipahami oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Yang kedua adalah istilah zakat yang wajib dibayarkan sebelum sholat ‘id. Selama ini masyarakat mengenalnya dengan sebutan “zakat fitrah”, padahal sebutan yang benar adalah “zakat fitri” sesuai dengan hari raya Idul fitri. Zakat fitri ini wajib dibayarkan sebagai penyempurna ibadah shaum, waktunya hingga sebelum khotib sholat ‘id naik ke atas mimbar. Bila lewat dari waktu tersebut, maka hanya dianggap sebagai infaq biasa.

Yang ketiga adalah pelaksanaan sholat ‘id. Sholat ‘id hukumnya sunnah muakad, tempat pelaksanaannya di lapangan ataupun tempat terbuka bukannya di masjid. Selama hidupnya Rasulullah melaksanakan sholat ‘id di tempat lapang dan tidak pernah didalam masjid sekalipun di dalam masjidil Haram ataupun masjid Nabawi meskipun diketahui bahwasanya pahala sholat di masjid tersebut lebih besar dibandingkan sholat di masjid lain.

Yang keempat adalah khutbah sholat ‘id. Khutbah hanya dilakukan satu kali, berbeda dengan khutbah sholat jum’at dimana khotib duduk di antara 2 khutbah. Hukum mendengarkan khutbah ‘id pun hanya sunah, berbeda dengan khutbah sholat jum’at yang wajib dan merupakan bagian dari ibadah sholat jum’at itu sendiri.

Yang kelima adalah tata cara sholat ‘id. Sholat ‘id dilaksanakan 2 raka’at dimana pada rakaat pertama ada 7 takbir setelah takbiratul ihram dan 5 takbir di rakaat kedua setelah takbir bangun dari sujud. Rasulullah tidak pernah memberikan contoh bacaan khusus diantara takbir-takbir tersebut. Hanya saja ada seorang sahabat yang menambahkan dengan kalimat :”Subhanallah Walhamdulillah Wa Laa ilaha ilallah Wallahu Akbar”, hal ini tidak dilarang oleh Rasulullah.

Yang keenam adalah masalah takbir menyambut hari raya Idul Fitri. Takbir hanya dilakukan selama perjalanan sebelum sholat ‘id hingga sesaat sebelum khotib naik mimbar. Dan hanya dilakukan secara perseorangan, bukannya dilakukan secara berjama’ah. Jadi acara malam takbiran yang terjadi di masyarakat saat ini sesungguhnya tidak pernah dilakukan selama zaman Rasulullah.

Yang ketujuh adalah ucapan dalam hari raya Idul fitri. Dalam masyarakat Indonesia dikenal ucapan “Minal Aidzin Wal Faidzin”. Ucapan ini tidak ada landasan yang kuat dan entah sejak kapan dikenal di masyarakat. Ucapan yang diajarkan Rasulullah dalam hari raya Idul Fitri adalah “Taqoballahu Minna Wa Minkum ” yang artinya Semoga Allah menerima ibadah kita semua.

Sejauh ini baru 7 hal yang saya ingat disampaikan oleh ustadz pembicara dalam kultum sholat dzuhur tersebut mengenai kekeliruan dalam hari raya Idul fitri. Semoga hal ini bermanfaat dan memacu kita (terutama saya) untuk lebih kritis mencari dalil ataupun landasan dalam melaksanakan ibadah. Wallahu ‘alam bi showab.

Komentar»

1. yusuf - Oktober 29, 2006

tulisan anda sangat baik tapi sayang identitas penceramah (narasumber) tdk dicantumkan, sehingga sulit bagi saya khususnya menerima sesuatu yang tidak jelas kapasitas narasumbernya. ini seperti bergunjing

2. awahyudin - Maret 6, 2007

Mohon maaf baru bisa menanggapi. Saya berusaha mencari nama pembicara dari kultum tersebut, cuma sampai sekarang belum ketemu. Insya Allah saya tidak berusaha bergunjing, hanya menyampaikan apa yang saya dengar saja. Mungkin anda punya dalil yang lebih kuat, monggo…Namanya juga masih saling belajar.

3. heri - April 7, 2007

ah.. keliri tapi ngak bahaya kok.. itu khan tradisi yang baik bukab bid a;h. sah-sah saja…..

4. Tarmini - September 21, 2007

Ah menurut saya mah yg namanya takbir beramai ramai sah2 aja karna itu udah tradisi di indonesia, dan saya mah baru tau disini ajah kalo takbiran cukup atau harus sendirian aja. Adanya lu doang gak rame..!

Agus Irnawan - Agustus 20, 2012

dalam memahami agama,sebaiknya berdasarkan tuntunan bukan berdasarkan tradisi maupun kebiasaan apalagi perasaan.

5. siraj - September 24, 2007

Assalamu’alaikum. saya tertarik dg uraian Sdr. hanya ada yang perlu sampaikan. mestinya Sdr. jangan menulis kekeliruan. memang benar ada beberapa yang keliru seperti makna al-fithri tapi pelaksanaan shalat dll itu bukan kategori keliru, tp lebih pada “ittifaqah”. jadi disamping data Saudara masih perlu sumber juga Saudara harus belajar ushul fiqh dulu agar bisa beristinbat dg baik dan menuangkan tulisan dengan baik.

6. Rahman - Oktober 2, 2007

Assalamu’alaikum warahmatullohi wa barokatuhSebaiknya informasi kawan kita ini menjadi koreksi bagi kita semua. Sy khawatir praktek kita selam ini memang masih banyak yang harus kita betulkan. Siapapun yang berbicara. Apabila kebenaran harus kita amalkan. Mengenai dalil dan sumbernya, kita kaji melalui telaah masing-masing. Masa harus menunggu orang lain. Gunakan kemampuan nalar dan kepandaian yang Allah berikan kepada kita. Syukron infonya yaa. Semoga kita mendapat Hidayah. Wassalamu’alaikum warahmatullohi wa barokatuh.

7. lugas - Oktober 5, 2007

tentang takbir..! kita harus melihatnya dari sisi si’ar dan ucapan minal ‘aizin wal faizin, kan tidak dianggap ibadah itu hanya sekedar ucapan yang baik yang penting maknanya bukan simbolnya

8. andhy - Oktober 6, 2007

8. andhy – oktober 6, 2007

assalamu’alaikum warahmatullohi wa barokatuh.tulisan dan info anda sangat menarik tapi lain kali tulis identitas kamu dong,syapa tau dengan tulis nama identitas kamu.kita bisa berbicara lebih panjang lagi (lanjut).kalau melalui chat.itu brabeh,masalah duit 4 chat.iya kan.eh lupa kalau bisa cari arti yang lain dong,kata2 gaul kan masih banyank lagi,ok. Wassalamu’alaikum warahmatullohi wa barokatuh

9. handis - Oktober 9, 2007

assalamualaikum….saya melihat ada semacam misslanguage dalam memahami kata idul fitri disini, yg saudara kemukakan tentang iid yg punya makna kembali itu betul, tetapi kalau fitri disini bukan bermakna “berbuka”/makan tetapi tetap bermakna fitrah atau suci tetapi jika bermakna berbuka atau makan berasal dari akar kata aftoro yuftiru “iftoor” jadi kalau punya makna kembali berbuka ya bbukan idul fitri tapi idul iftor, begitu.
yang kedua, secara linguistik bahasa arab kata zakat itu muanast (feminim) mk kata yg mengikutinya pun harus muanasts karena ini bentuk sifat mausuf atau na’at man’ut, mk ga benar pakai zakat fitri, karena fitri menunjukan mudakar (maskulin) mk betul menggunakan zakat fitrah.
yang ketiga tentang pelaksanaan sholat id rasulullah memang benar banyak dilakukan di lapangan karena mengantisipasi kaum perempuan yg terkena haid, jika di masjid ya najis, tapi pernah di mesjid ketika pas hari hujan.
yang keenam tentang takbir, kata siapa dilakukan hanya perseorangan, justru lebih baik dilakukan dengan berjamaah, kan kata hadits innal barokata ma’al jamaah dan yang
ketujuh tentang ucapan taqabbalallahu minna wa minkum itu sebenarnya realitas budaya, ucapannya sebenarnya ad kullu amin wa antum bi khairin dan jawabannya ad taqabbalallahu minna wa minkum. mengenai budaya mestinya harus tahu kaidah usul fiqih, aladatu muhakkamatun artinya budaya atau adat bisa dijadikan sumber hukum jadi kesimpulannya ucapan minal aidin wal faizin itu budaya indo dan tidak jadi masalah diucapkan ketika lebaran idul fitri dan taqabbalallhu minna wa minkum itu adalah budaya arab bukan budaya islam, itu yg perlu anda fahami. sukron. wassalam

Arianto Sumantri - Juli 27, 2014

Al-Haafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalaaniy berkata :

وَرَوَيْنَا فِي الْمَحَامِلِيَّاتِ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ
“Dan diriwayatkan kepada kami dalam Al-Mahaamiliyyaat dengan sanad yang hasan, dari Jubair bin Nufair, ia berkata, “Dahulu para sahabat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam jika saling berjumpa pada hari raya ‘Id, sebagian dari mereka mengucapkan kepada sebagian yang lain, “Taqabbalallaahu minnaa wa minkum.”
[Fathul Baariy 2/446]

sumber : http://muhandisun.wordpress.com/2014/07/27/para-salaf-mengucapkan-ini-di-hari-raya-id/

jadi lafadz taqabballahu itu bukan semata-mata budaya, tetapi ia memiliki sandaran dalil dalam hadits.

10. setiawan - Oktober 9, 2007

Syukron Katsira atas tanggapan sdr andis saya jadi lebih lapang memahami isu yang dikemukakan semoga semuanya mendapat petujuk allah

11. Heru - Oktober 9, 2007

Assalamu’alaikum wr wb
Saya baru saja mau menjelaskan tentang apa yang saudara tuliskan,tetapi ternyata sudah dijelaskan dulu oleh saudara Handis.Dan saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh saudara Handis,tapi ada sedikit yang ingin saya sampaikan yaitu tentang makna zakat fitrah.Secara bahasa, zakat itu bermakna : [1] bertambah, [2] suci, [3] tumbuh [4] barakah. (lihat kamus Al-Mu`jam al-Wasith jilid 1 hal. 398). Makna yang kurang lebih sama juga kita dapati bila membuka kamus Lisanul Arab.Sedangkan secara syara`, zakat itu bermakna bagian tertentu dari harta yang dimiliki yang telah Allah wajibkan unutk diberikan kepada mustahiqqin (orang-orang yang berhak menerima zakat). Lihat Fiqhuz Zakah karya Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi jilid 1 halaman 38.
Kata zakat di dalam Al-Quran disebutkan 32 kali. 30 kali dengan makna zakat dan dua kali dengan konteks dan makna yang bukan zakat. 8 dari 30 ayat itu turun di masa Mekkah dan sisanya yang 22 turun di masa Madinah. (lihat kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras karya Ust. Muhammad fuad Abdul Baqi).
Sedangkan An-Nawawi pengarang kitab Al-Hawi mengatakan bahwa istilah zakat adalah istilah yang telah dikenal secara `urf oleh bangsa Arab jauh sebelum masa Islam datang. Bahkan sering disebut-sebut dalam syi`ir-syi`ir Arab Jahili sebelumnya.
Dan dalam istilah zakat fitroh itu kata zakat itu tidak bisa atau tidak mungkin diidhofahkan dengan kata fitroh.Coba saudara-saudara perhatikan dan lihat pada kitab-kitab nahwu ataupun shorof.Dan perubahan kata atau istilah dari zakat fitri ke zakat fitroh itu akan merubah fungsi dari zakat fitri itu sendiri,dari mencukupi kebutuhan faqir miskin pada 1 syawal(idul fitri)sebagaimana perintah nabi SAW ” Ughnuuhum a thawaafi hadzal yaum”,lalu menjadi zakat kesucian.
Ini adalah sebuah kekeliruan bahasa yang sering kali terjadi. Akibat dari pengambilan istilah dari bahasa arab ke bahasa kita tanpa mengikuti kaidah-kaidah bahasa arab itu sendiri.Katakanlah misalnya istilah �amal jariyah� yang terlanjur akrab di telinga kita. Padahal seharusnya kalau kata jariyah itu mau dijadikan sifah, maka yang benar adalah al-amal al-jariy. Atau kalau mau memaksa dengan bentuk �jariyah�, maka gunakan istilah �shadaqah jariyah�, supaya sama-sama muannats.
Jadi memang demikianlah terjadinya banyak kesalahan penggunaan istilah di dalam pengamalan agama kita.Mungkin ini saja yang bisa saya sampaikan jika ada kesalahan memang saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa,mohon kritik dan saran dari saudara-saudara semua.Terima kasih banyak,,,,,
Wassalamu’alaikum wr wb

12. rudi - Oktober 9, 2007

Assalamu’alaikum wr wb

Terima kasih atas penjelasannya kepada saudara Heru,saya bisa minta tolong nggak?????boleh tau alamat email anda????karena saya ingin mengobrol dan berdiskusi banyak tentang agama bersama anda.sebelumnya saya minta maaf dan saya sampaikan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum,,,,,,,,,

13. iwan BRP LPM DD - Oktober 10, 2007

Salam: saya berharap kita harus kembali kepada akar syariah yang di ajarkan Rasulullah akan tetapi kita juga harus lebih banyak belajar tentang Islam, semoga Allah selalu memberkahi anak.

14. islamuna - Oktober 11, 2007

Thanks berat buat Akhi Handis. Memang betul harus seperti itu memahami apa yang kita amalkan selama ini. Yang harus kita waspadai dan kritisi, memang suka ada penceramah/ustaz (mungkin menganggap mustami’nya gak ngerti lebih dalam ttg agama) yang memvonis sebuah kekeliruan atau bid’ah kepada pendapat atau amaliah orang lain yang tidak sama dengannya. Tentu ini kurang baik bagi kecerdasan umat dalam beragama.

Yang paling menggelikan dari artikel diatas “pendapat idul fitri artinya kembali berbuka.. wakakakaaaaa………. untuk mas handis udah membetulkan, mungkin ustaz itu juga taklid and gak belajar ilmu sharaf atau komparasi makna lewat hadits-hadits.

15. yoyok - Oktober 11, 2007

Tanpa melihat ilmu sharaf-pun, alangkah dangkalnya jika hari raya kita ujung2ya hanya urusan perut (idul fitri=kembali berbuka alias makan-makan), yg sama sekali ga ada urusannya dengan ketaqwaan (buah puasa). Jangan sampai nasibnya seperti holiday= hari suci untuk ibadah, justru bergeser menjadi hari untuk rekreasi/senang2. Alih-alih mau meluruskan, tp yg terjadi justru pengebirian luar biasa pada ajaran agama. Syiar (takbiran) dimatikan pelan2. Kita perlu hati-hati pd fenomena ini. ‘Musuh2’ islam menghancurkan agama ini dg memakai tangan umatnya sendiri. Berani mengkafirkan para ulama2 besar, ajarannya dianggap bid’ah, bid ah itu sesat dan sesat adalah neraka.

Intinya kita memang harus banyak mengaji, banyak ulama, banyak sumber, dan bahkan banyak tafakur, untuk paham akan luasnya ilmu Allah, sehingga kita tidak termasuk yang beribadah hanya dipinggiran saja (QS22:11). Mudah-mudahan kita selalu diberi hidayah oleh-Nya.

Bagus - Agustus 18, 2012

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya sependapat dengan Yoyok, sekarang banyak orang kafir yang belajar tentang Islam karena ingin menghancurkan Islam, sekarang banyak Ustadz Kyai, penceramah yang hanya paham tentang islam, tapi tidak tahu ilmunya sehingga banyak ustadz yang justru membuat bingung umat Islam karena yang disampaikan keliru.

16. Rulli - Oktober 12, 2007

Bila kita melaksanakan hari raya idul fitri di hari jum’at dan kita sudah melaksanakan solah id, apakah untuk shalat jum’at kita diharuskan untuk melaksanakannya atau shalat jum’ta itu menjadi shalat dzuhur karena kita sudah melaksanakan shalat id di pagi hari

17. A. Machicky Mayestino - Oktober 22, 2007

Assalaamu’alaikum W W

Pertama, saya sempat membaca blog saudara tentang kekeliruan umat dalam Idul Fitri. Saya perpendapat bahwa tulisan itu ajib/bagus, walau memang perlu penajaman (dan sudah dibangun bersama oleh/dengan saudara-saudara lain rupanya dalam perkembangannya), maka anggaplah ini masukan dari saya selaku saudara. Apapun juga, saya sungguh gembira dengan langkah dan pemikiran anda.

Yang kedua, saya kebetulan juga salah satu moderator Islamic Discussion Via Internet/IDVI ( http://groups.yahoo.com/group/islamic_discussion_via_internet/ ), dan saya mengundang saudara untuk bergabung dengan kami,untuk membangun umat, membangun Islam, membangun diri; dengan segala kerendahan hati, jika saudaraku ini bersedia. Juga mungkin saudara-saudara lain yang turut membaca tulisan ini. Ahlan wa sahlan.

Sedikit tentang IDVI:

IDVI dimulai pada pertengahan kedua tahun 2004, dari puluhan kawan-saudara yang ingin membangun diri dan umat secara populer, nyata dan terkini. Setelah berbagai variasi riuh-rendah dan ujian dalam perjalanannya, saat ini anggotanya sudah mencakup berbagai tokoh umat dan organisasi besar umat, ratusan alamat e-mail. Mailing List ini menekankan pada pengembangan umat melalui pengembangan diri sendiri untuk saling mengingatkan, saling menolong, saling membesarkan, karena kami percaya bahwa setiap manusia mampu berkembang menuju kebaikan, dengan bimbingan Allah SWT, selama ia berada dalam jalanNya.

IDVI, tempat maya bersilaturahmi pribadi-masyarakat dalam keislamian, untuk membangun Islam menyenangkan, luas, terkini, bijaksana, dan indah. Setiap anggotanya berhak berkontribusi dari hal ‘ringan’ sampai ‘berat’.

Allah SWT Tuhan Yang Benar memberikan petunjuk Taurat, Zabur, Injil, Al Qur’an & pesan-pesan lain. Dibawakan para Rasul, Nabi, dan Utusan sejak Nabi Adam AS ke (di antaranya) Nabi Nuh (Noah) AS, Daud (David) AS, Musa (Moses) AS, Isa (Jesus) AS, dan Muhammad SAW Rasul terakhir; juga oleh utusan-utusan lain yang tak tercatat. RahmatNya beragam: proses dinamis yang selalu mengubah dunia, agama kesatuan indera-akal-hati, keseimbangan, kedamaian, dsb.; berlimpah bagi makhluk seluruh dunia.

Alasan berdirinya IDVI:
1. Kita adalah Da’i, mampu berdakwah.
2. Kita adalah pemimpin.
3. Kita adalah bagian umat Islam.
4. Kita perlu berkomunikasi.
5. Kita perlu ilmu.
6. Kita sebaiknya bersatu karena ada musuh nyata, Iblis & Setan, melalui kebodohan, keangkuhan, kepicikan, egoisme, keserakahan, dsb.
7. Ada keresahan tak terucapkan di kalangan ummat.
8. Ada keinginan untuk beragama dengan lebih baik.
9. Ada sarana yang memungkinkan interaksi.
10. Ada Tuhan dan sistemNya.

Dari banyak hubungan, banyak yang senang mengirimkan e-mail berisikan ilmu, cerita kehidupan, curahan hati, artikel, berita, nasihat, humor, komentar, dsb., via Internet; yang sebenarnya bernilai ISLAMI. Jadi, mengapa kita tidak membaginya di sini, tak perduli sesederhana apapun juga itu? Insya Allah kita akan mendapatkan lebih banyak pahala, saudara & pengalaman, karena ‘dari yang sedikit dapatlah menjadi banyak’.

Ajaklah juga sebanyak mungkin saudara kita!

“Anakku! Kerjakanlah shalat, anjurkanlah perbuatan yang baik, cegahlah perbuatan keji dan bersabarlah terhadap kemalangan yang menimpamu. Sesungguhnya semua itu hal-hal intisari hidup yang diwajibkan Tuhan” – QS Luqman 17.

Wasslmlkm W.W.

A. Machicky Mayestino – Moderator I
machickymayestino@yahoo.com
http://groups.yahoo.com/group/islamic_discussion_via_internet/

18. SYAIFULLAH - September 15, 2008

saya setuju dengan pendapat heru yang di posting tanggal 9 okt 2007. Kita harus lebih banyak belajar lagi tentang bahasa arab. Karene bhs arab adalah bahasa alquran dan bahasa Rasulullah SAW.

19. eshape - September 20, 2008

luar biasa semangat pemberi komentar ini, ditulis tahun 2006 dan tetap dibaca sampai tahun 2008

alhamdulillah, saya juga jadi punya tambahan ilmu membaca postingan ini lengkap dengan komentarnya yang sangat berbobot.

salam

20. Pamit #2 « Blog-blogan - September 25, 2008

[…] Akhir kata, selamat Idul Fitri. Taqobalallahu minna wa minkum. […]

21. bintang - Oktober 9, 2008

Salam.
Siiipp…..!!! Semoga semua yg posting demi kebaikan di sini mendapat rahmat dan berkah dari Allah. Amiin.

Yg penting tetap satu Islam. Jangan jadikan perbedaan golongan sgb ego shg menimbulkan perpecahan di antara umat terbaik ini, Islam tetap satu….!!!

22. agus - September 3, 2009

Syukran Atas semuanya, selamat berbuka puasa:)

23. kombayana - November 19, 2009

Asslkm…ah trlambat ngebaca nih.

Saya sih mau nyampein tuh si Ustadz harus banyak belajar lagi deh..Kalau mau ceramah/dakwah harus di bekali ilmu dong.Berdakwah tapi ilmunya secuil (dangkal) bisa bikin umat pada salah bahkan bisa jadi sumber pecah belah umat.

Lucu aja sih cara si ustadz membedah kata “fitri”,trus ngebahas “minal ‘aidin walfaiziin”,sholat ‘ied dilapangan dst…heheheheh tanya deh si ustadz tuh pernah mondok ga sih?..faham gramatika arab ga?pernah kenal ilmu ushul fiqh ga?pernah buka2 kitab mu’tabaroh ga?…ah jangan-jangan malah ga bisa baca kitab…weleh weleh…Kok udah berani tampil kayak da’i beneran yah..Untuk yang punya blog,makasih atas postingan artikelnya.Akhirnya jd tau kalao ada ustadz yg kayak gitu.Antum harus ngaji pada ustadz yang bener-bener ustadz jika masih awam..Ayo mas semangat belajar !!..cari ilmu setinggi-tingginya!!..lalu amalkan dan gunakan ilmu itu agar kita bisa semakin dekat dengan Sang Kholiq…semoga

24. mr-alfian.smpbustanulmakmur.sch.id » Blog Archive » Ramadhan - Mei 26, 2010

[…] Komentar» […]

25. missmaynotsin - Juni 3, 2010

Akhi Yusuf, apakah tidak bisa dianggap nara sumbernya adalah si penulis sendiri? Menurut saya tidak lah dikatakan bergunjing jika yang dibicarakan adalah bernilai kebaikan, masalah benar atau salahnya tinggal kita cari bersama di kitab-kitab Hadits yang ada.

Afwan…

26. sajir - Juli 20, 2010

akhi kombayana, jangan begitu dalam menanggapi yang keliru,saya yakin mungkin si penulis blog tidak dalam maksud salah, kita semua terus harus belajar, minimal kita hargai, tih kalau itu salah, pada akhirnya banyak komentar yang masuk yang membetulkan, sehingga kita semua jadi bisa belajar, dari kawan2 muslim yang lain…..

27. Adie - September 8, 2010

Assalamuala’ikum
“Kalimatun dalat ala ma’na bi nafsiha”.
Suatu kata atau kalimat mempunyai arti yg memaknai kata atau kalimat tersebut.
Jika diibaratkan buah, pembelajaran Islam tidak bisa hanya sebatas daging buah yg manis, tapi harus tahu apa inti dari biji yg pahit tersebut.
kuncinya… Nahu sorof n usul fiqih.
Mohon maaf dan koreksi jika ada kesalahan dan kekurangan, trims
Wass. wr. wb

28. Adie - September 8, 2010

Assalamuala’ikum…
Untuk mengkaji Islam diperlukan “alat2 dan timbangan” yg baik. Insya Allah kita tak terjebak dalam memahaminya.
Nahu Sorof, Usul Fiqih….
Wass

29. Yudi - September 15, 2010

Assalamuala’ikum
Tulisan antum sangat baik, dan insya Allah dilandasi dengan niat khair untuk meluruskan apa yang telah ada saat ini di masyarakat

Insya Allah kita cari rujukannya biar lebih valid, dan dapat mudah ditelusuri
Mohon maaf atas koreksi
Taqobbalallahu minna wa minkum
Syukron katsiraa
Wass. wr. wb

Yudi, mediaskripsi.com

30. adang - September 19, 2010

Betapa luasnya al islam
semoga saudara2 qt bisa lebih arif dan tasamuh/toleransi dalam menyikapi perbedaan..

31. Moh Ubaidillah - November 24, 2010

hajar terus biar menunduk

32. Luke - Agustus 10, 2011

@eshape..2008,

dan tetap di baca pada Ramadhan 1432 H, 2011 masehi.

Subhanallah..

terimakasih atas komentar2 nya… menambah pengetahuan saya tentang Islam.

33. santos - Agustus 26, 2011

adalah kesalahan besar berpaling dari makna sebenarnya bahwa idul fitri adalah hari berbuka, dimana disunnahkan sebelum berangkat sholat ied untuk berbuka. diharamkan berpuasa. dan di syariatkannya zakat fitrah agar orang yang berhak bisa ikut berbuka pada hari itu.
ADAPUN Idul Fitri berarti kembali suci INILAH YANG DIJANJIKAN OLEH ALLAH SWT. JIKA KITA BERPUASA DENGAN BENAR SESUAI SYARIAT AGAR KITA MENJADI ORANG YANG BERTAKWA DIMANA HAL INI TIDAK BISA DICAPAI OLEH SEMUA ORANG YANG BERPUASA APALAGI YANG TIDAK BERPUASA.

SEMOGA AMAL IBADAH KITA SEMUA DI TERIMA OLEH ALLAH SWT. AMIN.
SELAMAT MENYAMBUT IDUL FITRI

34. Febrian Diavolo Rosso - Agustus 30, 2011

SOLUSINYA?

35. Prabu Putra Pandawa - Agustus 30, 2011

Solusinya kita kembali pada Al-qur’an dan Hadits (Shahih)…..

36. peace lover - Agustus 31, 2011

beda boleh yang penting damai aj dech….

37. Darma - September 3, 2011

Assalamu’alaikum, pendapatnya beda beda tapi tujuannya satu, ingin ibadah kita seperti rasulullah sampai detail kecilpun tak luput dibahas. Ini tanda cinta rasul. Semoga Allah memberi petunjuk buat kita semua. Amin. Wassalamualaikum.

38. Ava - Juli 19, 2012

Assalaamu’alaikum wr wb.. Syukron sharenya 🙂

39. Ava - Juli 19, 2012

Ijin share 🙂 Syukron 🙂

40. abdul - Agustus 16, 2012

Assalamu’alaikum..!!!
Luar biasa tulisan ini. 2006 sampai 2012 masih tetap aktif dikomentari.
Saya tidak ingin mengomentari tulisan ini benar atau salah tapi akan saya cari tau kebenarannya demi memperbaiki kualitas keimanan saya.

sedikit saran untuk para pembaca yang memberikan komentar, alangkah baiknya jika disertakan dalil hadist atau Al-Qur’an kalau ada, agar pembaca yang lain dapat mengerti kejelasan sumber ilmunya.

Dan untuk penulis, Saya harap dapat mempertanggung jawabkan tulisannya dengan mencari lagi sumber-sumber ilmu yang pasti. baik dari segi ilmu bahasa arab ataupun hadist yang berhubungan dengan apa yang Anda tulis. Paling tidak Anda akan tau mana yang benar.

41. subekhi - Agustus 17, 2012

terima kasih bapak ustadz kyai haji atau apalah mungkin juga syeh yang terhormat
tapi kok dah jadi turun temurun ya apa anda yang salah atau ulama, salafush sholeh

42. Reza Prandicha Putra - Agustus 17, 2012

indahnya islam

Abu faqih - Agustus 18, 2012

artikel menarik dan direspon dengan sahabat-sahabat super…semoga Alloh senantiasa memberkati kita semua.amin

43. djiesoft - Agustus 18, 2012

benar salah dan perbedaan itu wajar dan sudah diprekiksi rosululloh jauh sebelumnya..

44. LDII Proffesional Religius - Agustus 18, 2012

bagus baget ni artikelnya …. lagi nyari penegrtian takbiran ni…

45. alan - Agustus 18, 2012

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

تَقَبَلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ وَكُلُّ عَامٍِ بِخَيْرٍ مِنَ العَائِدَيْنِ وَالفَائِزِيْنَ

“Semoga Allah menerima ibadah saum kami & anda semua. Dan setiap tahun semoga ada dalam kebaikan. Dan semoga termasuk orang-orang yg kembali kpd kesucian & menjadi orang-orang yg beruntung.”

Taqabbalallahu itu artinya semoga Allah mengabulkan. Minaa wa minkum berarti dari kami & dari anda. Shiyamana wa shiyamakum berarti puasa kami & puasa anda.

Sedangkan lafadz minal a’idin wal faidzin merupakan doayang terpotong, arti secara harfiyahnya adalah: termasuk orang yg kembali & menang.

Lafadz ini sebenarnya terpotong, seharusnya ada lafadz tambahan di depannya meski sudah lazim lafadz tambahan itu memang tdk diucapkan. Lengkapnya ja’alanallahu minal a’idin wal faidzin, yg bermakna : Semoga Allah menjadi kita termasuk orang yg kembali & orang yg menang.

Namun sering kali orang salah paham, dikiranya lafadz itu merupakan bahasa arab dari ungkapan mohon maaf lahir & batin. Padahal bukan & merupakan 2 hal yg jauh berbeda.

Lafadz taqabbalallahu minna wa minkum merupakan lafadz doa yg intinya kita saling berdoa agar semua amal kita diterima Allah SWT. Lafadz doa ini adl lafadz yg diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kita selesai melewati Ramadhan.

Jadi yg diajarkan sebenarnya bukan bermaaf-maafan seperti yg selama ini dilakukan oleh kebanyakan bangsa Indonesia. Tetapi yg lbh ditekankan adl tahni’ah yaitu ucapan selamat serta doa agar amal dikabulkan.

Meski tdk diajarkan atau diperintahkan secara khusus, namun bermaaf-maafan & silaturrahim di hari Idul Fithri juga tdk terlarang, boleh-boleh saja & merupakan ‘urf (kebiasaan) yg baik.

Di luar Indonesia, belum tentu ada budaya seperti ini, dimana semua orang sibuk utk saling mendatangi sekedar bisa berziarah & silaturrahim, lalu masing-masing saling meminta maaf. Sungguh sebuah tradisi yg baik & sejalan dgn syariah Islam.
Meski terkadang ada juga bentuk-bentuk yg kurang sejalan dgn Islam, misalnya membakar petasan di lingkungan pemukiman. Tentunya sangat mengganggu & beresiko musibah kebakaran.

Termasuk juga yg tdk sejalan dgn tuntunan agama adalah bertakbir keliling kota naik truk sambil mengganggu ketertiban berlalu-lintas, apalagi sambil melempar mercon, campur baur laki & perempuan & tdk mengindahkan adab & etika Islam.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

46. Hanifa Hanna - Agustus 18, 2012

hmm ,,,,,,,,,,,,,,,,setau saya yang ada di saudi,,,,,,,,,,,shalat ied itu d laksanakan di masjidil haram jg bisa,,,,,,,,,,???? masak di lapangan lebih afdhal???,,,,,,,,,yah mungkin bisa shalat di lapangan kalau tidak muat masjidnya,,,,,bukan nya masjidil haram itu luas,,,,,,,,,,,????

47. Anon Summy - Agustus 19, 2012

Subhanallah, posting tahun 2006 masih eksis sampai tahun 2012 . . . . ..

48. Admin - Agustus 21, 2012

Allah sungguh maha mengetahui apa yang terbaik dan apa saja yang ada dalam hati ummat-nya.. dan Allah -lah tempat kebenaran itu, tidak ada yang dapat mengetahui mana kebenaran yang sesungguh-nya kecuali DIA..

49. mukhsin nurhalis - Agustus 22, 2012

Taqoballahu minna wa minkum. Aamiin .^__^.

50. asep rahmat ardani - Agustus 29, 2012

Selama Tuhan dan Rasullnya sama, marilah kita jaga persatuan dan kesatuan Islam, jadikan perbedaan sebagai rohmatan lil alamin
dan kita kembali kesumber hukum Al quran dan al hadist

51. pribadi - Agustus 7, 2013

kalau menurut saya,apapun ibadahnya,yg penting keikhlasan dalam melakukannya..
dan anggap semua perbedaan sbg keberagaman..jangan malah perbedaan membuat masing2 saling tunjuk seolah dia yg paling benar dan seolah surga hanya milik dia/kelompoknya saja.
ketahuilah,terkadang ilmu yg kita dpt klau boleh saya umpamakan,hanyalah ‘puzzle’ yg harus terus dicari dan kemudian disusun hingga membentuk lembaran2 utuh..namun sayangnya,banyak dari kita yg baru memperoleh ‘puzzle’ ,merasa sudah memperoleh 1 buah buku..
wallahu a’lam bisshowab

52. bayan - Agustus 7, 2013

@ pribadi…” Kalau menurut saya, apapun ibadahnya, yg penting keikhlasan dalam melakukan..”

Beragama jgn pakai perasaan aja, dan bukan hanya IKHLAS saja..
tetapi beragama dgn Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman Salafus Sholih..
dan bukan cuma Ikhlas tetapi harus sesuai Syariat yg telah diajarkan Rosulullah SAW..

Jangan pernah ada kata menurut saya..!!! Memang anda siapa.??

53. ratu zakirah - Agustus 8, 2013

ohya, bukannya kata “minal aidzin” itu seharusnya tulisannya “minal ‘aidin” ya?

54. pencari ilmu - Agustus 14, 2013

assalamu’alaikum wr. wb.
terima kasih kepada penulis dan pemilik blog. tulisan di blog ini, memunculkan berbagai tanggapan yg menambah wawasan saya yg masih sangat miskin ilmu. insyaAllah semuanya dg niat baik, mudah2n Allah menerima dan membalas dengan pahala yang terbaik. aamiin

55. wandrip - Agustus 15, 2013

sudah 6 tahun berlalu…

apakah sudah ketemu nama ustadz narasumbernya?

56. latif - Juli 19, 2014

hehehe…, sdh kah kalian temukan Dia yg kita sembah. niskaca tidak dirimu tidak akan merasa paling benar dan paling pintar
.

57. podel - Juli 27, 2014

Pertama ,
“Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz Fithru/ Ifthaar” artinya menurut bahasa : Berbuka (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan kita berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut [Fa-Tha-Ra-] dan [Ta marbuthoh] bukan [Fa-Tha-Ra]“.

Kedua,
“Adapun kesalahan mereka menurut Syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa “Idul Fithri” itu ialah “Hari Raya Kita Kembali Berbuka Puasa”.

Dari Abi Hurairah (iberkata) : Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda. “Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”.
[Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya “Riyadlul Jannah” No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi]

Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni :
yang artinya : “Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka”.

Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah :
Yang artinya : “(Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adlha pada hari kamu menyembelih hewan”.

Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud:
” Yang Artinya : Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adlha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan”.

Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat I’ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri artinya ! Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka.
Bukan artinya bukan “kembali kepada fithrah”, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi : “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci”. Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah dan lughoh/bahasa.

sumber : almanhaj.or.id

58. ollopsoft - Juli 27, 2014

mau tanya, lafaz yang benar taqabalallahu… atau taqaballahu… ?
khawatir 2 kalimat tsb memiliki makna yang berbeda,, karena banyak sodara kita menggunakan kedua bentuk kalimat tsb. sukron

*eksis neh postingan sampe 2014 🙂

Arianto Sumantri - Juli 27, 2014

taqabbalallahu

59. ollopsoft - Juli 27, 2014

boleh ditambahkan arti dari kedua nya? supaya lebih jelas lagi. terima kasih.

60. karya - Juli 28, 2014

terima kasih atas tulisanya dan komentarnya yang menambah ilmu keagamaan bagi saya yang awam dan sedang belajar, saya berharap baik komentar maupun balasan benar-benar berusaha mengikuti akhlak rosululloh karena kita adalah saudara seiman semoga Allah mengampuni dosa kesalahan dan kekeliruan kita serta membalas niat baik dengan pahala

61. eri - Dlingo - Juli 28, 2014

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah kuridhoi Islam itu sebagai agamamu.”(QS. Al Maidah 3)

Ilmu agama itu bukan puzzle, ilmu agama Islam ini telah sempurna dan tidak perlu atau bahkan tidak boleh ada penambahan lagi terhadap Islam, karena Allah telah menegaskan kesempurnaan Islam pada ayat tersebut. Kalau ada oknum yang mengajarkan dan mengamalkan sesuatu mengatas namakan Islam tetapi tidak ada dalil dari nabi Saw. Maka sebenarnya dia telah menyelisih ayat diatas, dengan kata lain dia tidak iman terhadap ayat 3 surat Al maidah tsb. Islam ini telah sempurna, cukuplah kita mencukupi diri dengan apa yg ditinggalkan oleh nabi Saw yaitu Al quran dan Sunahnya (Hadist yg shahih).


Tinggalkan Balasan ke Adie Batalkan balasan